SELAMAT DATANG DI SABUNKERING MAINKAN INIPOKER DI LINK ALTERNATIF BANGMACAN.COM MINIMAL DEPOSIT 25.000 MINIMAL WITHDRAW 50.000 DAN DAPATKAN BONUS CASH BACK 0.3% DI BAGIKAN 2 KALI DALAM SEMINGGU

Memeq Vania Lebih Ajib

MemeQ Vania Lebih Ajib

MemeQ Vania Lebih Ajib - Pengalamanku saat bermain berempat dengan Vania dan keponakannya, Shifa membuat Jefri penasaran. Agaknya ia mendengar dari Vania bagaimana Shifa dan aku bermain begitu rupa, hingga ia yang pernah juga main dengan Shifa dan Vania, suatu ketika meminta istrinya untuk mengajak Shifa dan aku bermalam di rumah mereka. Karena Shifa mau ujian semester selama dua minggu, kami tidak mengusiknya. Kesempatan kami untuk bertemu terjadi pada suatu malam minggu setelah Shifa selesai ujian.

Vania dan Jefri menyiapkan jamuan makan mewah, sebab masakan yang dipesan dari salah satu restoran mahal di bilangan Jakarta ini. Dengan mengenakan celana panjang coklat tua dan kaos berleher berwarna coklat muda, aku tiba di rumah mereka pukul 18 dan melihat Shifa telah ada di sana. Jefri mengenakan celana panjang hitam dan hem biru muda bertangan pendek.

Vania mengenakan gaun warna biru muda, seperti warna hem suaminya, agak ketat membungkus tubuhnya yang seksi, gaun itu tergantung di pundaknya pada dua utas tali, sehingga memperlihatkan sebagian payudaranya.

Shifa tak ubahnya seorang putri, memakai gaun berwarna merah muda, ketat menampilkan lekuk-lekuk tubuhnya yang menggairahkan, juga dengan belahan dada agak rendah dengan potongan setengah lingkaran. Keduanya seolah-olah ingin menunjukkan keindahan payudaranya di depanku dan Jefri untuk menyatakan payudara siapa yang paling indah. Payudara kedua perempuan itu memang tidak terlalu besar, tetapi cukup merangsang buatku.

Milik Vania lebih kecil sedikit daripada milik Shifa. Hal itu sudah kubuktikan sendiri ketika mencoba menelan payudara keduanya. Payudara Shifa masih tersisa lebih banyak daripada payudara Vania, waktu kuisap sebanyak-banyaknya ke dalam mulutku.

Kami berempat duduk di ruang makan menikmati jamuan yang disediakan tuan rumah. Hidangan penutup dan buah-buahan segar membuat kami sangat menikmati jamuan tersebut.
Dari ruang makan, kami beranjak ke ruang keluarga. Vania menyetel musik klasik, sedangkan Jefri mengambil minuman bagi kami, ia menuangkan tequila buat Vania dan Shifa, sedangkan untuknya dan aku, masing-masing segelas anggur Prancis, agak keras kurasa alkoholnya.

Rona merah membayang pada wajah mereka bertiga, dan kupikir demikian juga denganku, akibat pengaruh minuman yang kami teguk. Percakapan kami yang semula ringan-ringan di seputar kerja dan kuliah Shifa makin beralih pada hal-hal erotis, apalagi waktu Vania melihat ke arahku dan berkata,

“Wah, pengaruh anggur Prancis sudah membangunkan makhluk hidup di paha Agus. Lihat nggak tuh Nif?” Shifa menengok ke bagian bawah tubuhku dan membandingkan dengan Jefri, “Lho, yang satu ini pun sudah mulai bangkit dari kubur, hi… hi….hi…”

Shifa yang duduk di dekatku menyenderkan kepalanya pada bahu kananku. Vania mengajak suaminya berdiri dan berdansa mengikuti irama lagu The Blue Danube-nya Strauss. Entah pernah kursus atau karena pernah di luar negeri, mereka berdua benar-benar ahli melakukan dansa.

Setelah lagu tersebut berlalu, terdengar alunan Liebestraum. Jefri melepaskan pelukannya pada pinggang Vania dan mendekati Shifa, lalu dengan gaya seorang pangeran, meminta kesediaan Shifa menggantikan Vania menemaninya melantai, sementara Vania mendekatiku.

Aku yang tak begitu pandai berdansa menolak dan menarik tangan Vania agar duduk di sampingku memandang suaminya berdansa dengan keponakannya. Rupanya Shifa pun tidak jelek berdansa, meskipun tak sebagus Tantenya, ia mampu mengimbangi gerakan Jefri.

Saat alunan lagu begitu syahdu, mereka berdua saling merapatkan tubuh, sehingga dada Jefri menekan payudara Shifa. Di tengah-tengah alunan lagu, wajah Jefri mendekati telinga Shifa dan dengan bibirnya, ia mengelus-elus rambut di samping telinga Shifa dan dengan kedua bibirnya sesekali cuping telinga Shifa ia belai.

Tatapan Shifa semakin sayu mendapati dirinya dipeluk Jefri sambil dimesrai begitu. Lalu bibir Jefri turun ke dagu Shifa, menciumi lehernya. Kami dengar desahan Shifa keluar dari bibirnya yang separuh terbuka.

Lalu ia dengan masih berada pada pelukan Jefri di pinggangnya, mengarahkan ciuman pada bibir Jefri. Mereka berpagutan sambil berpelukan erat, kedua tangan Jefri melingkari pinggul Shifa, sedangkan kedua tangan Shifa memeluk leher Jefri. Permainan lidah mereka pun turut mewarnai ciuman panas itu.

Jefri lalu membuka gaun Shifa hingga terbuka dan melewati kedua pundaknya jatuh ke lantai. Kini Shifa hanya mengenakan kutang dan celana dalam berwarna merah muda. Tangan Shifa ikut membalas gerakan Jefri dan membuka hemnya, kemudian kulihat jari-jarinya bergerak ke pinggang Jefri membukai ikat pinggang dan risleting celana Jefri.


Maka terlepaslah celana Jefri, ia hanya tinggal memakai celana dalam. Lalu jari-jari Shifa bergerak ke belakang tubuhnya, membuka tali kutangnya, hingga menyembullah keluar kedua payudaranya yang Shifal. Keduanya masih saling berpelukan, melantai dengan terus berciuman.

Namun tangan keduanya tidak lagi tinggal diam, melainkan saling meraba, mengelus; bahkan tangan Jefri mulai mengelus-elus bagian depan celana dalam Shifa. Shifa mendesah mendapat perlakuan Jefri dan mengelus-elus penis Jefri dari luar celana dalamnya, lalu dengan suatu tarikan, ia melepaskan pembungkus penis tersebut sehingga penis Jefri terpampang jelas memperlihatkan kondisinya yang sudah terangsang.

Jefri mengarahkan penisnya ke vagina Shifa dan melakukan tekanan berulang-ulang hingga Shifa semakin liar menggeliatkan pinggulnya, apalagi ciuman Jefri pada payudaranya semakin ganas, dengan isapan, remasan tangan dan pilinan lidahnya pada putingnya.

Shifa terduduk ke karpet diikuti oleh Jefri yang kemudian meraih tubuh Shifa dan membaringkannya di sofa panjang. Dengan jari-jari membuka celah-celah celana dalam Shifa, mulutnya kemudian menciumi vagina Shifa. Erangan Shifa semakin meninggi berganti dengan rintihan.

“jarr, ayo sayang ….. ooooohhhh …. Yahhh, gitu sayang, adddduhhhh … nikmat sekali ….. aaakkkhhhh …. ”
Setelah beberapa saat mengerjai vagina Shifa, Jefri berlutut dekat Shifa dengan kaki kanan bertelekan di lantai, sedangkan kaki kirinya naik ke atas sofa, ia arahkan penisnya ke vagina Shifa dari celah-celah celana dalam Shifa.

Lalu perlahan-lahan ia masukkan penisnya ke vagina Shifa dan mulai melakukan tekanan, maju mundur, sehingga penisnya masuk keluar vagina Shifa.

Vania yang duduk di sebelah kiriku terangsang melihat Jefri dan Shifa, lalu mencium bibirku. Kubalas ciumannya dengan tak kalah hebat sambil mengusap-usap punggungnya yang terbuka. Vania memegangi kedua rahangku sambil menciumi seluruh wajahku, lidahnya bermain di sana-sini, membuat birahiku semakin naik, apalagi ketika lidahnya turun ke leherku dan dibantu tangannya berusaha membuka kaosku. Kuhentikan gerakannya meskipun ia membantah, “Ayo dong Gus?”

“Tenang sayang …. ” kucium bibirnya sambil menunduk dan dengan tangan kiri menahan lehernya, tangan kananku mengangkat kakinya hingga ia jatuh ke dalam boponganku dan kugendong menuju kamar tidur mereka. Kami tak pedulikan lagi Jefri dan Shifa yang semakin jauh saling merangsang. Kurebahkan tubuhnya di ranjang dan kubuka seluruh pakaianku.

“Cepet banget Gus, udah sampai ke ubun-ubun ya sayang?” tanya menggoda sambil berbaring.
“Udah berapa minggu nich, kangen pada tubuhmu …” jawabku sambil mendekati dirinya.

Kembali kulabuhkan ciuman pada bibirnya sambil jari-jariku mengelus pundaknya yang terbuka sambil membukai kedua tali di pundaknya. Lidahku mencari payudaranya dan mengisap putingnya. Isapan mulutku pada putingnya membuat Vania mengerang dan menggelinjang, apalagi ketika sesekali kugigit lembut daging payudaranya dan putingnya yang indah, yang sudah tegang.

Mungkin karena pengaruh minuman keras dan tontonan yang disajikan Shifa dan Jefri barusan, kami berdua pun semakin liar saling mencium tubuh yang lain satu sama lain. Pakaian kami sudah terlempar kesana kemari.

Ciuman bibir, elusan jari-jari dan bibir, remasan tangan, jilatan lidah menyertai erangan Vania dan aku. Kami berdua seolah-olah berlomba untuk saling memberikan kepuasan kepada yang lain. Apalagi ketika Vania menindih tubuhku dari atas dengan posisi kepala tepat pada pahaku dan mengerjai penisku dengan ganasnya.

Vaginanya yang tepat ada di atas wajahku kuciumi dan kujilati, klitorisnya kukait dengan lidah dan kugunakan bibirku untuk mengisap klitoris yang semakin tegang itu. Setelah tak tahan lagi, Vania segera bangkit lalu menungging di depanku.
Shifa
Rupanya ia mau minta aku melakukan doggy style posisi yang sangat ia sukai. Dari ruang keluarga, kudengar rintihan Shifa dan erangan Jefri. Mungkin mereka sudah semakin hebat melakukan persetubuhan.
Kuarahkan penisku ke vagina Vania. Kugesek-gesekkan kepala penis hingga ia kembali merintih,
“Guuussss, jangan permainkan aku! Ayo masukin dong, aku nggak tahan lagi, sayaaaanngg!” pintanya.

Penisku mulai masuk sedikit demi sedikit ke dalam vaginanya. Kupegang pinggulnya dan memaju-mundurkan tubuhnya mengikuti alunan penis masuk keluar vaginanya. Sekitar lima menit kulakukan gerakan begitu, ia belum juga orgasme, begitu pula aku. Kemudian kuraba kedua payudaranya yang menggantung indah dari belakang. Kuremas-remas sambil merapatkan dadaku ke punggungnya.

Ia mengerang, mendesah dan merintih. “Ahhhh ….. sshsshh, ouuughhhh, nikmatnyaaaa …… sayangkuuuuu. ….” Mendengar suaranya dan merasakan geliat tubuhnya di bawah tubuhku, membuatku makin terangsang.
Lalu kutarik kedua tangannya ke belakang tubuhnya. Kupegang lengannya dengan sentakan kuat ke arah tubuhku hingga ia mendongakkan kepalanya. Kedua tangannya berusaha menggapai payudaranya dan meremas-remas payudaranya sendiri. Kami berdua kini dalam posisi bertelekan pada lutut masing-masing, agak berlutut, ia tidak lagi menungging, penisku membenam dalam-dalam ke vaginanya.

Rintihan Vania semakin tinggi dan saat kuhentakkan beberapa kali penisku ke dalam vaginanya, ia menjerit, “Aaaaahhhhhh ….. oooooggghhh …..” Penisku terasa diguyur cairan di dalam. Aku tak kuat lagi menahan nafsuku dan menyusul dirinya mencapai puncak kenikmatan.

Ia lalu menelungkup dengan aku menindih punggungnya yang sesekali masih memaju-mundurkan penisku di dalam vaginanya. Keringat bercucuran di tubuh kami, meskipun pendingan kamar itu cukup dingin ketika kami baru masuk tadi.

Kemudian kami berbaring berpelukan, aku menelentang sedangkan Vania merebahkan tubuhnya di atasku. Di ruang sana tak terdengar lagi suara Jefri dan Shifa, mungkin mereka juga sudah orgasme. Tanpa sadar, aku tertidur, juga Vania.

Aku terjaga ketika merasakan ciuman pada bibirku. Kubalas ciuman itu, tetapi aromanya berbeda dengan mulut Vania. Kubuka kelopak mataku, kulihat Shifa masih telanjang membungkuk di atas tubuhku sambil menciumi aku.

Mataku terbuka lebar sambil memagut bibirnya memainkan lidahku di dalam mulutnya, ia membalas perlakuanku hingga lidah kami saling berkaitan. Sedangkan Jefri kulihat mendekati Vania dan menciumi payudara istrinya.

Vania menggeliat dan membalas ciuman dan pelukan suaminya. Tangannya mengarah ke bagian bawah tubuh Jefri meraih penis suaminya yang sudah melembek. Ia rabai dan kocok penis itu, hingga kuperhatikan mulai bangun kembali. Shifa yang semula hanya menciumi bibirku dan memainkan lidahnya, menurunkan ciumannya dan mencari dadaku, di sana putingku diciumi dan digigitnya lembut.

Lama-lama gigitannya berubah semakin buas, hingga membuatku merintih sakit bercampur nikmat, “Kenapa, sayang? Sakit ya?” tanyanya menghentikan permainannya sambil menatapku. Aku menggelengkan kepala dan memegang kepalanya agar kembali meneruskan ulahnya. Lidahnya kembali terjulur dan bermain di putingku bergantian kiri dan kanan.

Setelah itu, ia turunkan ciumannya ke penisku yang masih ada sisa-sisa sperma dan cairan vagina Vania. Ia lumat dan masukkan penisku ke dalam mulutnya. Penis yang sudah lembek itu kembali tegang mendapat perlakuan mulutnya.

Tangannya memegang pangkal penisku melakukan gerakan mengocok. Bibirnya dan lidahnya juga bermain di testisku dan “Uuuuhhhh ….” aku mendesah, sebab kini lidahnya menjilati analku tanpa rasa jijik sedikit pun.

Setelah itu kembali mulutnya bermain di testisku dan memasukkan kedua testis itu bergantian ke dalam mulutnya. Sedotan mulutnya membuat birahiku kembali muncul. Sementara rintihan Vania kembali terdengar. Kuintip mereka, Jefri kini menciumi paha istrinya, sama seperti perbuatan Shifa padaku.

Shifa melihat penisku makin tegang, tetapi kemudian ia melangkah ke bufet kecil di samping ranjang. Tak lama kemudian ia kembali ke ranjang sambil memegang dildo berwarna merah di tangannya. Penis buatan itu memiliki tali yang kemudian ia ikatkan ke pinggangnya sehingga kini Shifa terlihat seperti seorang laki-laki, tetapi memiliki payudara.

Jefri masih terus menciumi paha isterinya ketika Shifa memegang rambut Jefri dan meminta Jefri menciumi payudara isterinya, sedangkan penis buatan sudah ia arahkan ke vagina Vania. Jefri menoleh sekilas ke arah Shifa, tetapi ia tidak menolak dan meremas-remas payudara istrinya sambil menciumi dan memilin putingnya.
Desahan Vania semakin kuat disertai geliat tubuhnya, apalagi saat dildo Shifa mulai memasuki vaginanya yang kembali basah. Shifa kemudian memaju-mundurkan tubuhnya hingga dildo itu masuk keluar vagina Vania.

Vania mengerang dan meracau dengan tatapan mata sayu. Kudekati wajahnya dan kupagut bibirnya sambil turut membelai payudaranya membantu suaminya yang masih terus meremas dan menciumi payudaranya.
Beberapa saat dengan posisi itu, membuat Vania kembali naik birahi. Shifa kemudian membalikkan tubuhnya ke samping sambil memegangi pinggang Vania agar mengikuti gerakannya. Aku membantu gerakannya dan menggeser tubuh Vania hingga kini berada di atas tubuh Shifa dengan dildo Shifa yang tetap menancap pada vagina Vania.

Vania yang ada di atas Shifa kini, menduduki perut Shifa sambil melakukan gerakan seakan-akan sedang menunggang kuda. Desahan Vania semakin kuat sebab dildo itu benar-benar masuk hingga pangkalnya ke dalam vaginanya.

Shifa tidak banyak bergerak, hanya pasif, tetapi jari-jarinya bermain di sela-sela vagina Vania merangsang klitoris Vania. Aku memeluk Vania dari belakang punggungnya, sedangkan Jefri dari arah depan tubuh Vania meremas-remas dan sesekali menciumi dan menjilati payudara Vania.

“Gus, masih ada lubangku yang nganggur, ayo sayangg….. oooohhhh, nikmatnya” desahnya memohon.
Aku menyorong tubuh Vania agar rebah di atas tubuh Shifa, lalu kusentuh lubang analnya. Kubasahi dengan sedikit ludah bercampur cairan vaginanya sendiri. Lalu setelah cukup pelumas, kumasukkan penisku ke dalam analnya.

Kugerakkan penisku maju mundur, sedangkan Vania dan Shifa saling berciuman, dan Jefri meremas-remas payudara kedua perempuan itu bergantian. Rintihan kedua perempuan itu semakin kuat terdengar. Mungkin karena merasa tindihan dua tubuh di atasnya agak berat, Shifa agak megap-megap kulihat, sehingga kuajak mereka berdua melakukan gerakan ke samping. Aku kini berbaring terlentang. Penisku yang tegang dipegangi tangan Vania dan diarahkannya masuk ke dalam analnya sambil merebahkan tubuhnya terlentang di atasku.

Lalu Shifa kembali berada di atas tubuh Vania memasukkan dildo pada pangkal pahanya ke dalam vagina Vania. Gerakan Shifa kini aktif, berganti dengan aku yang pasif pada anal Vania. Tak lama kemudian Vania orgasme disertai rintihan panjangnya.

Kupeluk ia dari bawah, sedangkan bibirnya diciumi oleh Shifa dengan ganasnya. Jefri masih terus meremas-remas payudara kedua perempuan itu. Lalu Shifa mencabut penis buatan dari vagina Vania dan berbaring di sampingku, sementara Jefri meletakkan tubuhnya di samping Shifa sambil memeluk tubuh Shifa dan mencium bibirnya.
Sekitar sepuluh menit kemudian, Vania bangun dari atas tubuhku dan membuka tali yang mengikat dildo pada pinggang Shifa.

Diperlakukan seperti tadi, rupanya membuat Vania juga ingin mencoba apa yang dilakukan oleh Shifa terhadap dirinya. “Mas, Gus, pegangi tangan dan kaki Shifa. Yuk buruan, jangan berikan kesempatan buat dia!” katanya memerintah kami berdua.

Shifa yang masih kecapekan karena mengerjai Vania tadi mencoba meronta-ronta ketika tanganku memegangi kedua tangannya dan mementangkan lebar-lebar, sedangkan Jefri memegangi kedua telapak kakinya sehingga kedua paha dan kakinya terpentang lebar. “Ah, Tante curang, masak pake pasukan mengeroyok ponakannya …” katanya protes.

“Biarin, abis ponakan nakal kayak gini. Masak Tantenya dihabisi kayak tadi?” gurau Vania sambil berlutut di antara kedua paha Shifa. Ia lalu menundukkan wajahnya menciumi dan menjilati vagina Shifa. Shifa benar-benar tidak bisa berkutik, meskipun ia menggeliat-geliat, apalah artinya, sebab tangan dan kakinya dipegangi oleh dua lelaki dengan kuatnya.

Puas menciumi vagina Shifa, Vania mengangkangkan pahanya di luar paha Shifa, lalu menujukan dildo pada pahanya ke dalam vagina Shifa. Setelah dildo tersebut masuk, kedua pahanya bergerak ke arah dalam ke bawah kedua paha Shifa, sehingga kedua paha Shifa semakin rapat mengunci dildo yang sudah masuk dengan mantap ke dalam vaginanya.
Sedangkan di bawah, kedua tungkainya mengunci kedua tungkai Shifa. Kini tanpa dipegangi oleh tangan Jefri pun, kaki Vania sudah mengunci paha dan kaki Shifa dengan ketatnya. Mulut Vania mengarah pada payudara Shifa dan melumat habis kedua payudara keponakannya.

Sedangkan aku, sambil mementangkan kedua tangan Shifa, mencium bibirnya dan memasukkan lidahku ke dalam mulutnya. Sesekali kuangkat wajahku dan berciuman dengan Vania.
Erangan Shifa yang tak menduga serangan Tantenya semakin dahsyat, terdengar semakin berubah menjadi rintihan. Apalagi Tantenya semakin cepat menggerakkan dildo ke dalam vaginanya. Beberapa kali ia malah menghentakkan dalam-dalam dildo tersebut ke vagina Shifa.
Mungkin karena sudah sering melihat bagaimana gerakan penis suaminya atau penisku masuk keluar vaginanya, ia pun tergoda untuk melakukan aksi serupa.

Cuma sekitar lima menit diserang begitu, Shifa tak kuasa lagi bertahan, ia merintih lirih, “Tante Annnnaaaaa, aku dapet ….. aaahhhhhh …… nikmattt …… sssshhhhh .…… ooouuugghhh ….. aaaakkkhhh.”
Vania masih terus merojok vagina Shifa, hingga Shifa memaksaku melepaskan kedua tangannya dan menolakkan tubuh Tantenya, “Tante, udah dong, bisa pecah ntar memiawku!! Ahhh … sadis deh Tante!!” katanya.

Kami tertawa mendengar kalimatnya, sebab tahu mana mungkin pecah vaginanya dengan alat yang mirip penisku dan penis Jefri. Vania merebahkan tubuh di samping Shifa seraya mencium bibir Shifa dengan lembut. Keduanya berciuman agak lama dan kembali berbaring terlentang berdampingan. Aku dan Jefri mengambil tempat di samping mereka berdua.

Setelah itu, Vania memintaku menyetubuhinya dengan posisi ia di atas dan aku berbaring di bawah, kemudian ia minta lagi Shifa untuk memakai penis buatan tadi ke dalam analnya lalu meminta penis suaminya untuk ia lumat habis-habisan. Shifa yang ingin membalas perbuatan Tantenya, tidak menolak.

Dengan cepat diikatkannya tali dildo itu dan menyerang anal Tantenya. Rintihan Vania kembali terdengar di sela-sela lumatan bibir dan mulutnya pada penis suaminya. Jefri masih mau diperlakukan demikian beberapa kali, tetapi mungkin karena tak tahan melihat ada vagina menganggur, ia kemudian mendekati bagian bawah tubuh kami dan kulihat mengusap-usap pantat Shifa.

Lalu ia memasukkan penisnya ke dalam vagina Shifa. Empat tubuh telanjang berkeringat kini saling bertindihan. Jefri paling atas menyetubuhi Shifa, sementara Shifa dengan dildo-nya mengerjai vagina Vania, dan aku paling bawah mengerjai anal Vania dengan penisku yang tegang terus. Sprey ranjang sudah acak-acakan oleh tingkah kami berempat, tapi kami tak peduli lagi pada kerapihan.

Masih dengan napas tersengal-sengal, Shifa membisikkan sesuatu ke telinga Jefri. Jefri yang sudah melepaskan dirinya dari tubuh Shifa, memeluk tubuh istrinya melepaskan analnya dari hunjaman penisku. Shifa kemudian mendekati aku dan berbisik, “Gus, kita kerjai Tante lagi yuk? Sekarang coba masukin penis kalian berdua ke memiawnya, ntar aku bantu dengan dildo pada analnya.”
Wah ide yang unik, pikirku sambil mengangguk. Kemudian kuraih tubuh Vania, “Ada apa sich Gus, aku masih capek sayang!” Tapi penolakannya tak kuhiraukan. Kutarik tubuhnya rebah menelungkup di atas tubuhku sambil menggenggam penis yang kuarahkan pada vaginanya.

Dasar vaginanya masih merekah, dengan mudahnya penisku melesak ke dalam, membuatnya kembali mendesah. Tak lama kemudian, Jefri mendekati kami dan mengarahkan penisnya ke dalam vagina Vania.

Penisku yang masih berada di dalam vagina Vania, bergesekan dengan penis Jefri yang mulai menyeruak masuk keluar ke dalam. Mata Vania yang tadinya sayu mendapat seranganku, membeliak merasakan nikmat akibat dimuati dua penis pada vaginanya. Ia tak kuasa melawan walaupun semula merasa vaginanya begitu padat dimasuki dua penis sekaligus.

Kemudian kulihat Shifa memperbaiki letak dildo yang masih ia kenakan. Lalu dengan hati-hati ia menempatkan dirinya di antar tubuh Jefri dan pantat Vania. Jefri memberikan ruang gerak padanya dengan mencondongkan tubuhnya ke arah belakang dan menahan berat badannya dengan kedua tangannya, sehingga Shifa bebas memasukkan dildo ke dalam anal Vania.
Aku dan Jefri menghentikan gerakan dengan tetap membiarkan kedua penis kami berada di dalam vagina Vania. Begitu dildo Shifa masuk ke dalam analnya, Jefri mulai menggerakkan penisnya lagi, merasakan gerakan itu, aku mengikuti irama mereka berdua.


Rintihan Vania meninggi saat dildo Shifa memasuki analnya bersamaan dengan kedua penis kami. Kututup rintihannya dengan mencium bibir Vania. Ia memagut bibirku dengan kuat, bahkan sempat menggigit bibirku dan mengisap lidahku kuat-kuat.
Mungkin pengaruh desakan dua penis sekaligus pada vaginanya dan penis buatan pada analnya, membuat Vania melayang-layang mencapai puncak kenikmatan yang lain dari biasanya.

Ia tidak lagi mengerang atau mendesah, melainkan merintih-rintih dan bahkan sesekali menjerit kuat.
“Auuuhhh …. Ooooohhhhh …. gila ….. kalian bertiga benar-benar gila! Uuuukhhhh ….. sssshhhhh ….. aakkkkhhhh …..” rintihnya sambil menggeliat-geliatkan tubuhnya menerima serangkan kami bertiga. Pagutan bibirku menutup rintihannya dengan lilitan lidah yang menjulur memasuki rongga mulutnya.
Shifa merapatkan tubuhnya ke punggung Tantenya dan kedua tangannya bergerak meremas-remas kedua payudara Tantenya. Vania merintih menikmati serangan di sekujur tubuhnya terutama pada bagian-bagian vitalnya.

Entah sudah berapa puluh kali penisku dan penis Jefri bergerak masuk keluar vagina Vania dan analnya dirojok dildo Shifa. Sementara kedua tangan Jefri masih menyangga tubuhnya, ia tak bisa berbuat apa-apa walaupun kulihat beberapa kali mencoba meraih punggung Shifa untuk meremas-remas kedua payudaranya dari belakang, tapi posisinya tidak menguntungkan.
Ia kemudian memusatkan pikiran pada gerakan penisnya yang semakin cepat kurasakan bergesekan dengan penisku di dalam vagina Vania yang sudah semakin becek.

Rintihan Vania semakin tinggi berubah menjadi jeritan. Ia memiawik-mekik nikmat, ketika mencapai orgasme. Jefri menyusul menghentakkan penisnya kuat-kuat ke dalam vagina istrinya, tapi kedua tangan Vania menahan pantat suaminya, agar tetap melabuhkan penisnya di dalam vaginanya.
Ia seakan tidak rela penis kami keluar dari vaginanya, meskipun ia sudah orgasme. Tak lama kemudian, suaminya menyerah, mencabut penisnya.

Aku masih bertahan dan meminta Shifa berbaring dengan Tantenya terlentang di atas tubuhnya dan dildo yang dipakainya ia masukkan ke anal Vania, sementara aku menancapkan penisku ke vagina Vania. Meskipun Shifa berada di bawah tubuh Tantenya, tubuh Vania kupegangi agar tidak membebani Shifa. Kuraih pundaknya agar merapat ke tubuhku.

Tangan Vania bermain di kedua payudara Shifa sambil menikmati hunjaman dildo Shifa pada analnya dan penisku pada vaginanya yang barusan sudah mencapai kenikmatan. Jefri berbaring di sisi Shifa sambil membantu Vania membelai dan meremas-remas payudara Shifa dan sesekali mencium bibir Shifa.
Tangan Jefri bermain di bagian bawah tubuh Shifa, rupanya ia mengorek-ngorek vagina Shifa, hingga gadis itu tidak hanya menancapkan dildo ke vagina Tantenya, tetapi juga menaiki anak tangga kepuasan oleh permainan tangan Jefri.

Shifa menggeliat-geliat di bawah dengan dildo*-nya menancap dengan dalam pada vagina Vania, sambil menikmati ulah jari-jari Jefri pada vaginanya. Rintihan Shifa semakin kuat bercampur dengan jeritan Vania yang kuserang habis-habisan dengan gerakan sekuat-kuatnya dan sedalam-dalamnya membenamkan penisku ke dalam vaginanya.

Ia menjerit-jerit seperti waktu penis suaminya bersama penisku masih berada di vaginanya. Penisku kupegangi dan kutekan kanan kiri merambah, mengeksplorasi dinding vaginanya dan menarik tanganku hingga penisku masuk hingga pangkalnya. Jari-jariku mencari klitorisnya dan membelai-belainya sedemikian rupa hingga ia tak berhenti memiawik.

Sekujur tubuh Vania bersimbah peluh dan kuperhatikan ada tetesan air keluar dari matanya turun ke pipi. Rupanya saking nikmatnya multiorgasme yang ia rasakan, tanpa terasa air matanya menetes. Tentu saja air mata bahagia. Kukecup kelopak matanya menciumi air matanya dan bibirku turun ke bibirnya, melakukan kecupan yang liar dan panas.
“Ooooooooogggghhhhhhhh ….. Gussssss ……. Uuuhhh ……. Ssssshhhhh …. Shifaaaaa …… nikmatnyaaaaaahhhhhhh …… Aaaahhhhhh!!!” teriakannya terdengar begitu kuat sambil menekankan vaginanya kuat-kuat ke penisku.

Seperti biasanya kalau ia mencapai orgasme yang luar biasa, air seninya ikut muncrat bersamaan dengan cairan vaginanya. Semprotan cairannya membasahi penisku, sela-sela paha Shifa dan sprey di bawah kami. Mulutnya menolak mulutku dan menggigit pundakku hingga terasa giginya menghunjam agak perih di kulitku.
Dari bawah kulihat Shifa juga semakin kuat menekan dildo ke anal Vania. Shifa pun merintih,
“Tanteeeee ….. aku …. juga dapeetttt nicchhhh ….. oooohhh, jari-jarimu lincah benar Oooommmm …..” pujiannya keluar memuji perbuatan Jefri terhadap dirinya. Jefri mencium bibir Shifa dan mengelus-elus payudaranya.

Terakhir, aku menghentakkan penisku sedalam-dalamnya dan sambil mengerang nikmat, muncratlah spermaku memasuki vagina Vania. Kutarik tubuh Vania berbaring di atas tubuhku yang berbaring terlentang, sedangkan Shifa memeluk Jefri yang menindih tubuhnya sambil terus berciuman dan memasukkan jari-jarinya sedalam-dalamnya ke dalam vagina Shifa yang pahanya sudah merapat satu sama lain dan menjepit jari-jari dan tangan Jefri dengan kuatnya.

Napas Vania, Shifa dan aku yang terengah-engah semakin mereda sambil mencari posisi yang enak untuk berbaring. Kuamati payudara kedua perempuan itu sudah merah di sana-sini, akibat ciuman dan gigitan Jefri, aku dan mereka berdua satu sama lain.

Pundakku yang perih akibat gigitan Vania tadi, diciuminya dengan lembut seraya minta maaf, “Gus, maaf ya, jadi kejam gini sama kamu, abis nggak tau lagi sih mau ngapain. Yah udah, pundakmu jadi sasaran mulut dan gigiku.” Kuelus-elus rambutnya sambil berkata, “Tak apa, sayang. Ntar juga cepat sembuh koq, apalagi sudah kau obati dengan ludahmu.”

Setelah itu, kami berempat terbaring nyenyak setelah beberapa jam main tak henti-hentinya. Kami baru bangun ketika matahari sudah naik tinggi dan jarum jam dinding menunjuk pukul 11.00 WIB. Kami mandi berempat di kamar mandi.

Bathtub yang biasanya hanya dimuati satu atau dua tubuh orang dewasa, kini menampung tubuh kami berempat yang sambil berciuman, menggosok, meraba dan meremas satu sama lain, tetapi karena tenaga kami sudah terkuras habis, kami tak main lagi pagi itu. Namun siangnya, usai makan, Shifa sempat memintaku untuk main lagi dengannya.

Jefri dan Vania, sambil tertawa-tawa dan memberi komentar, hanya menonton keponakan mereka main denganku di karpet ruang keluarga mereka. Shifa seolah tak kenal lelah, tidak cukup hanya meminta vaginanya kukerjai, tetapi juga analnya, baik dengan posisi terlentang dengan kedua kakinya kupentang lebar maupun dengan posisi ia menungging dan kutusuk dari belakang.
Jika kuhitung, ada sekitar tiga kali lagi ia orgasme, sementara aku hanya sekali, tetapi untungnya penisku tetap bisa diajak kompromi untuk terus main melayani permintaannya.

Tepukan tangan Jefri dan Vania memuji kekuatan kami berdua mengakhiri persetubuhan kami berdua, lalu Vania membersihkan penisku yang dilelehi cairan vagina dan anal Shifa serta spermaku, sedangkan Jefri membaringkan tubuh Shifa di sofa panjang dan membersikan vaginanya dengan bibir dan lidahnya. Pelayanan kedua suami istri itu benar-benar luar biasa terhadap keponakannya, Shifa dan aku.

3 comments:

  1. Wuih ternyata benar bisa jadi jutawan dalam 1 malam dengan mengandalkan keberuntungan bermain PokerOnline!
    Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.(WWW,KARTUSETAN,COM)
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 20,000Dan Windraw Rp 20,000
    1 ID Sudah Bisa Bermain Semua Games Yan Ada! KARTUSETAN
    (WA: +855969229803 BBM : E37C8979 LINE : kartu_setan

    ReplyDelete
  2. Pusing mikirin cara cepat dapat uang?

    Ini solusinya,
    Gabung sekarang juga bersama KARTUSETAN,COM
    Hanya dengan modal 20.000, anda bisa menangkan puluhan juta rupiah dan berkesempatan mendapatkan JACKPOT hingga ratusan juta rupiah

    KartuSetan menyediakan 7 permainan dalam 1 akun
    *Poker Holdem
    *Domino QQ
    *Adu Q
    *Capsa
    *Bandar Q
    *Bandar Poker
    *Sakong

    Bonus Cashback 0,5% & Bonus Referal 15%
    Tunggu apalagi, mainkan langsung dari Hp kesayangan anda dan buktikan sendiri !!!

    Untuk info lebih lanjut anda bisa hub kami,
    Layanan Service 24 Jam :
    -> BBM : E37C8979
    -> WA : +855969229803
    -> Line : kartu_setan

    Kunjungi juga website kami di,
    WWW,KARTUSETAN,COM (ganti koma dengan titik)

    ReplyDelete
  3. Sering Kalah.? Yuk Dari Pada Kalah Terus Boleh Untuk Mencoba Keberuntungannya Di Situs Kami Ya Guyss www.128indo.Com & 3bola.Org

    Jangan Menunda Kemenangan Bermain Anda ! Segera Daftarkan User ID nya & Mainkan Kartu Bagusnya.
    Dengan minimal Deposit hanya Rp 25.000 Dan Windraw Rp 50.000
    1 ID Sudah Bisa Bermain Semua Games.

    Promo Bonus:
    - Bonus Extra 100%
    - Bonus Sportbook 20%
    - Bonus Cashback 10% (Sportbook)
    - Bonus Rollingan 0.8% ( Casino )
    - Bonus TurnOver 0,5% (IDNPOKER)
    - Bonus Referral 1% - 5% / 0.10% - 0.20%


    Ayo Tunggu Apa lagi Guyss.?? Segera Bergabung Bersama Kami Guyss.
    Untuk Info Lebih Jelas Silahkan Hubungi CS Kami Yang Online 24Jam.!
    - Bbm : D1E0796E
    - Whatsapp : +855964070813

    Buruan Daftar Sekarang Juga Ya... aku tunggu Guyss..

    ReplyDelete