Aku Ditiduri Teman Papa - Pada saat itu aku sedang menyantap makan siang di sebuah cafe yang terletak di lantai dasar gedung kantorku. Hari itu aku ditemani Pak Wawan, manajer IT perusahaanku dan Mey, sekretarisku. Biasanya aku makan siang hanya dengan Mey, sekretarisku, untuk kemudian dilanjutkan dengan acara bobo siang sejenak sebelum kembali lagi ke kantor.
Tetapi hari itu sebelum aku pergi, Pak Wawan ingin bertemu untuk membicarakan proyek komputerisasi, sehingga aku ajak saja dia untuk bergabung menemaniku makan siang. Aku dan Pak Wawan berbincang-bincang mengenai proyek implementasi software dan juga tambahan hardware yang diperlukan.
Memang perusahaanku sedang ingin mengganti sistem yang lama, yang sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan yang terus berkembang. Sedangkan Mey sibuk mencatat pembicaraan kita berdua. Sedang asyik-asyiknya menyantap steak yang kupesan, tiba-tiba handponku berbunyi. Kulihat caller idnya.. Dari Siska.
“Hallo Pak Wisnu. Kapan nih kesini lagi” suara merdu terdengar diseberang sana.
“Oh iya. Nanti sebentar lagi saya ke sana. Saya sedang makan siang nih. Bapak tunggu sebentar ya” jawabku.
“He.. He.. Sedang nggak bisa ngomong ya Pak” Siska menggoda.
“Betul Pak.. OK sampai ketemu sebentar lagi ya” kataku sambil menutup pembicaraan.
“Dari klien” kataku.
Aku sangat hati-hati tidak mau affairku dengan Siska tercium oleh mereka. Hal ini mengingat Pak Fajar, suami Siska, adalah manajer keuangan di kantorku. Kebetulan Pak Fajar ini sedang aku kirim training ke Singapore, sehingga aku bisa leluasa menikmati istrinya.
Seusai menikmati makan siang, aku berkata pada Mey bahwa aku akan langsung menuju tempat klienku. Seperti biasa, aku minta supaya aku tidak diganggu kecuali kalau ada emergency. Kamipun berpisah.. Mereka kembali ke lantai atas untuk bekerja, sedangkan aku langsung menuju tempat parkir untuk berangkat mengerjai istri orang he.. He..
Setelah kesal karena terjebak macet, sampai jugalah aku di rumah Siska. Hari sudah menjelang sore. Bayangkan saja, sudah beberapa jam aku di jalan tadi. Segera kuparkirkan Mercy silver metalik kesayanganku, dan memencet bel rumahnya. Siska sendiri yang membukakan pintu. Dia tersenyum gembira melihat kedatanganku.
“Aih.. Pak Wisnu kok lama sih” katanya.
“Iya.. Tadi macet total tuh.. Rumah kamu sih jauh.. Mungkin di peta juga nggak ada” candaku.
“Bisa aja Pak Wisnu..” jawab Siska sambil tertawa kecil.
Dia tampak cantik dengan baju “you can see” nya yang memperlihatkan lengannya yang mulus. Buah dadanya tampak semakin padat dibalik bajunya. Mungkin karena sudah beberapa hari ini aku remas dan hisap sementara suaminya aku “asingkan” di negeri tetangga.
Kamipun masuk ke dalam rumah dan aku langsung duduk di sofa ruang keluarganya. Siska menyuguhkan orange juice untuk menghilangkan dahagaku. Nikmat sekali meminum orange juice itu setelah lelah terjebak macet tadi.
Dahagakupun langsung hilang, tetapi setelah melihat Siska yang cantik, dahagaku yang lainpun muncul. Aku masih bernafsu melihat Siska, meskipun telah lima hari berturut-turut aku setubuhi dia. Kucium bibirnya sambil tanganku mengelus-elus pundaknya. Ketika aku akan membuka bajunya, dia menahanku.
“Pak.. Siska ada hadiah nih untuk bapak”
“Apaan nih?” jawabku senang.
“Ini ada teman Siska yang mau kenal sama bapak. Orangnya cantik banget.”
Lalu dia bercerita kalau dia berkenalan dengan seorang wanita, Sinta, saat dia sedang berolahraga di gym. Setelah mulai akrab, merekapun bercerita mengenai kehidupan sex mereka. Singkat cerita, Sinta menawarkan untuk ber-pesta seks sambil bertukar pasangan di rumah mereka.
“Dia ingin coba ini bapak. Katanya belum pernah lihat yang sebesar punya Pak Wisnu” kata Siska sambil meraba-raba kemaluanku.
“Saya sih OK saja” jawabku riang.
“Oh ya.. Nanti pura-pura saja Pak Wisnu suamiku” kata Siska sambil pamit untuk menelpon kenalan barunya itu.
Aku dan Siska kemudian meluncur menuju rumah Sinta di kawasan Kemang. Untung jalanan Jakarta sudah agak lengang. Tak lama kamipun sampai di rumahnya yang luas. Seorang satpam tampak membukakan pintu garasi. Siska pun menjelaskan kalau kami sudah ada janji dengan majikannya. Sinta menyambut kami dengan ramah.
“Ini perkenalkan suami saya”
Seorang laki-laki paruh baya dengan kepala agak botak memperkenalkan diri. Namanya Harry, seorang pengusaha properti yang sukses. Siska pun memperkenalkan diriku pada mereka.
Aku kagum pada rumah mereka yang sangat luas. Dengan perabot-perabot yang mahal, juga koleksi lukisan-lukisan pelukis terkenal yang tergantung di dinding. Bayangkan saja betapa kayanya mereka, karena orang sekelas aku saja kagum melihat rumahnya yang sangat wah itu.
Tetapi aku lebih kagum melihat Sinta. Wanita ini memang cantik sekali. Terutama kulitnya yang putih dan mulus sekali. Ibaratnya kalau dihinggapi nyamuk, si nyamuk akan jatuh tergelincir. Disamping itu bodynya tampak seksi sekali dengan buah dada yang besar dan bentuk tubuh yang padat. Sekilas mengingatkan aku pada bintang film panas di jaman tahun 80-an.. Entah siapa namanya itu.
Merekapun menyuguhkan makan malam. Kamipun bercerita basa-basi ngalor ngidul sambil menikmati hidangan yang disediakan. Ditengah makan malam itu, Siska pamit untuk ke toilet. Dengan matanya dia mengajakku untuk mengikuti dia.
“Pak, habis ini pulang aja yuk” kata Siska berbisik perlahan setelah keluar dari ruang makan.
“Kenapa?” tanyaku.
“Habisnya Siska nggak nafsu lihat Pak Harry itu. Sudah tua, botak, perutnya buncit lagi”.
Aku tertawa geli dalam hati. Tetapi aku tentu saja tidak menyetujui permintaan Siska. Aku sudah ingin pesta seks dan menikmati istri Pak Harry yang cantik sekali seperti boneka itu. Kupaksa saja Siska untuk kembali ke ruang makan.
Setelah makan, kamipun ke ruang keluarga sambil nonton video porno untuk memulai pesta seks dan membangkitkan gairah kami. Tak lama, seorang gadis pembantu kecil datang untuk menyuguhkan buah-buahan. Tetapi mungkin karena kaget melihat adegan di layar TV home theater itu, tanpa sengaja dia menjatuhkan gelas kristal sehingga pecah berkeping-keping.
Kulihat tampak Sinta melotot memarahi pembantunya itu, sedangkan si pembantu kecil itu tampak ketakutan sambil meminta maaf berkali-kali. Adegan di TV tampak semakin hot saja. Tampak Pak Harry mulai mengerayangi tubuh Siska di sofa seberang. Sedangkan Siska tampak ogah-ogahan melayaninya.
“Sebentar Pak.. Siska mau lihat filmnya dulu”
Aku tersenyum mendengar alasan Siska ini. Sementara itu Sinta minta ijin ke dapur sebentar. Akupun mencoba menikmati adegan di layar TV. Meskipun sebenarnya aku tidak perlu lihat yang seperti ini, mengingat tubuh Sinta sudah sangat mengundang gairahku. Tak lama akupun merasa ingin buang air kecil, sehingga akupun pamitan ke belakang.
Setelah dari toilet, aku berjalan melintasi dapur untuk kembali ke ruang keluarga. Kulihat di dalam, Sinta sedang berkacak pinggang memarahi gadis kecil pembantunya tadi.
“Ampun non.. Sri nggak sengaja” si gadis kecil memohon belas kasihan pada majikannya, Sinta yang cantik itu.
“Nggak sengaja nggak sengaja. Enak saja kamu bicara ya. Itu gelas harganya lebih dari setahun gaji kamu tahu!!” bentak Sinta.
“Gajimu aku potong. Biar tau rasa kamu..”
Si gadis kecil itu terdiam sambil terisak-isak. Sementara wajah Sinta menampakkan kepuasan setelah mendamprat pembantunya habis-habisan. Mungkin betul kata orang, kalau wanita kurang dapat menyalurkan hasrat seksualnya, cenderung menjadi pemarah.
Melihat adegan itu, aku kasihan juga melihat si gadis pembantu itu. Tetapi entah mengapa justru hasrat birahiku semakin timbul melihat Sinta yang sepertinya lemah lembut dapat bersikap galak seperti itu.
“Dasar bedinde.. Verveillen!!” Sinta masih terus berkacak pinggang memaki-maki pembantunya. Dengan tubuh yang putih bersih dan tinggi, kontras sekali melihat Sinta berdiri di depan pembantunya yang kecil dan hitam.
“Ampun non.. Nggak akan lagi non..”
“Oh Pak Wisnu..” kata Sinta ketika sadar aku berada di pintu dapur. Diturunkannya tangan dari pinggangnya dan beranjak ke arahku.
“Sedang sibuk ya?” godaku.
“Iya nih sedang kasih pelajaran ik punya pembantu” jawabnya sambil tersenyum manis.
“Yuk kita kembali” lanjutnya.
Kamipun kembali ke ruang keluarga. Kulihat Siska masih menonton adegan di layar sementara Pak Harry mengelus-elus pahanya. Aku dan Sinta pun langsung berciuman begitu duduk di sofa. Aku melakukan “french kiss” dan Sinta pun menyambut penuh gairah.
Kutelusuri lehernya yang jenjang sambil tanganku meremas buah dadanya yang membusung padat. Sinta pun melenguh kenikmatan. Tangannya meremas-remas kemaluanku. Dia kemudian jongkok di depanku yang masih duduk di sofa, sambil membuka celanaku. Celana dalamku dielusnya perlahan sambil menatapku menggoda. Kemudian disibakkannya celana dalamku ke samping sehingga kemaluankupun mencuat keluar.
“Oh..my god.. Bener kata Siska.. Very big.. I like it..” katanya sambil menjilat kepala kemaluanku.
Kemudian dibukanya celana dalamku, sehingga kemaluankupun bebas tanpa ada penghalang sedikitpun di depan wajahnya. Dielus-elusnya seluruh kemaluan termasuk buah zakarku dengan tangannya yang halus. Tingkah lakunya seperti anak kecil yang baru mendapat mainan baru.
Kemaluankupun mulai dihisap mulut Sinta dengan rakus. Sambil mengulum dan menjilati kemaluanku, Sinta mengerang,emmhh.. emhh, seperti seseorang yang sedang memakan sesuatu yang sangat nikmat. Kuelus-elus rambutnya yang hitam dan diikat ke belakang itu.
Sambil menikmati permainan oral Sinta, kulihat suaminya sedang mendapat handjob dari Siska. Tampak Siska mengocok kemaluan Pak Harry dengan cepat, dan tak lama terdengar erangan nikmat Pak Harry saat dia mencapai orgasmenya. Siska pun kemudian meninggalkan Pak Harry, mungkin dia pergi ke toilet untuk membersihkan tangannya.
Sementara itu Sinta masih dengan bernafsu menikmati kemaluanku yang besar. Memang kalau kubandingkan dengan kemaluan suaminya, ukurannya jauh berbeda. Apalagi setelah dia mengalami orgasme, tampak kemaluan Pak Harry sangat kecil dan tertutup oleh lemak perutnya yang buncit itu. Tak heran bila istrinya sangat menikmati kemaluanku.
Tak lama Siska pun kembali muncul di ruang itu, dan menghampiriku. Sinta masih berjongkok di depanku sambil mempermainkan lidahnya di batang kemaluanku. Siska duduk di sampingku dan mulai menciumiku. Dibukanya bajuku dan puting dadakupun dihisapnya.
Nikmat sekali rasanya dihisap oleh dua wanita cantik istri orang ini. Seorang di atas yang lainnya di bawah. Sementara Pak Harry tampak menikmati pemandangan ini sambil berusaha membangkitkan kembali senjatanya yang sudah loyo.
Kuangkat baju Siska dan juga BHnya, sehingga buah dadanya menantang di depan wajahku. Langsung kuhisap dan kujilati putingnya. Sementara tanganku yang satu meremas buah dadanya yang lain. Sementara Sinta masih mengulum dan menjilati kemaluanku.
Setelah puas bermain dengan kemaluanku, Sinta kemudian berdiri. Dia kemudian melepaskan pakaiannya hingga hanya kalung berlian dan hak tingginya saja yang masih melekat di tubuhnya. Buah dadanya besar dan padat menjulang, dengan puting yang kecil berwarna merah muda. Aku terkagum dibuatnya, sehingga kuhentikan kegiatanku menghisapi buah dada Siska. Sinta kemudian menghampiriku dan kamipun berciuman kembali dengan bergairah.
“Ayo isap susu ik ” pintanya sambil menyorongkan buah dada sebelah kanannya ke mulutku. Tak perlu dikomando lagi langsung kuterkam buah dadanya yang kenyal itu. Kuremas, kuhisap dan kujilati sepuasnya. Sinta pun mengerang kenikmatan.
Setelah itu, dia kembali berdiri dan kemudian berbalik membelakangiku. Diapun jongkok sambil mengarahkan kemaluanku ke dalam vaginanya yang berambut tipis itu. Kamipun bersetubuh dengan tubuhnya duduk di atas kemaluanku menghadap suaminya yang masih berusaha membangunkan perkakasnya kembali. Kutarik tubuhnya agak kebelakang sehingga aku dapat menciumi kembali bibirnya dan wajahnya yang cantik itu.
“Eh.. Eh.. Eh..” dengus Sinta setiap kali aku menyodokkan kemaluanku ke dalam vaginanya. Aku terus menyetubuhinya sambil meremas-remas buah dadanya dan sesekali menjilati dan menciumi pundaknya yang mulus.
Sementara itu Siska bersimpuh di ujung sofa sambil meraba-raba buah zakarku, sementara aku sedang menyetubuhi Sinta. Terkadang dikeluarkannya kemaluanku dari vagina Sinta untuk kemudian dikulumnya. Setelah itu Siska memasukkan kembali kemaluanku ke dalam liang surga Sinta.
Setelah beberapa menit, aku berdiri dan kuminta Sinta untuk menungging di sofa. Aku ingin menggenjot dia dari belakang. Kusetubuhi dia “doggy-style” sampai kalung berlian dan buah dadanya yang besar bergoyang-goyang menggemaskan. Kadang kukeluarkan kemaluanku dan kusodorkan ke mulut Siska yang dengan lahap menjilati dan mengulumnya. Benar-benar nikmat rasanya menyetubuhi dua wanita cantik ini.
“Ahh.. Yes.. Yes.. Aha.. Aha.. That’s right.. Aha.. Aha..” begitu erangan Sinta menahan rasa nikmat yang menjalari tubuhnya. Hal itu menambah suasana erotis di ruangan itu.
Sementara Pak Harry rupanya telah berhasil membangunkan senjatanya. Dihampirinya Siska dan ditariknya menuju sofa yang lain di ruangan itu. Siska pun mau tak mau mengikuti kemauannya. Memang sudah perjanjian bahwa aku bisa menikmati istrinya sedangkan Pak Harry bisa menikmati “istriku”.
Sementara itu, aku masih menggenjot Sinta secara doggy-style. Sesekali kuremas buah dadanya yang berayun-ayun akibat dorongan tubuhku. Kulihat Pak Harry tampak bernafsu sekali menyetubuhi Siska dengan gaya missionary. Tak beberapa lama kudengar erangan Pak Harry. Rupanya dia sudah mencapai orgasme yang kedua kalinya.
Siska pun tampak kembali pergi meninggalkan ruangan. Sementara aku masih menyetubuhi Sinta dari belakang sambil berkacak pinggang. Setelah itu kubalikkan badannya dan kusetubuhi dia lagi, kali ini dari depan. Sesekali kuciumi wajah dan buah dadanya, sambil terus kugenjot vaginanya yang sempit itu.
“Ohh.. Aha.. Aha.. Ohh god.. I love your big cock..” Sinta terus meracau kenikmatan.
Tak lamapun tubuhnya mengejang dan dia menjerit melepaskan segala beban birahinya. Akupun sudah hampir orgasme. Aku berdiri di depannya dan kusuruh dia menghisap kemaluanku kembali. Sementara, aku lirik ke arah Pak Harry, dia sedang memperhatikan istrinya mengulumi kemaluanku. Kuremas rambut Sinta dengan tangan kiriku, dan aku berkacak pinggang dengan tangan kananku.
Tak lama akupun menyemburkan cairan ejakulasiku ke mulut Sinta. Diapun menelan spermaku itu, walaupun sebagian menetes mengenai kalung berliannya. Diapun menjilati bersih kemaluanku.
“Thanks Wisnu.. I really enjoyed it” katanya sambil membersihkan bekas spermaku di dadanya.
“No problem Sinta.. I enjoyed it too.. Very much” balasku.
Setelah itu, kamipun kembali mengobrol beberapa saat sambil menikmati desert yang disediakan. Kamipun berjanji untuk melakukan pesta seks lagi dalam waktu dekat.
Dalam perjalanan pulang, Siska tampak kesal. Dia diam saja di dalam mobil. Akupun tidak begitu menghiraukannya karena aku sangat puas dengan pengalaman pesta seks ku tadi. Akupun bersenandung kecil mengikuti alunan suara Al Jarreau di tape mobilku.
“We’re in this love together..”
“Kenapa sih sayang?” tanyaku ketika kami telah sampai di depan rumahnya.
“Pokoknya Siska nggak mau pesta seks lagi deh” katanya.
“Habis Siska nggak suka pesta
Akupun tertawa geli mendengarnya.
“Kok ketawa sih Pak Wisnu.. Ayo.. Tolongin Siska dong.. Siska belum puas.. Tadi Siska horny banget lihat bapak sama Sinta making love pas pesta seks” rengeknya.
“Wah sudah malam nih.. Besok aja ya.. Lagian saya ada janji sama orang”.
“Ah.. Pak Wisnu jahat..” kata Siska merengut manja.
“Besok khan masih ada sayang” hiburku.
“Tapi janji besok datang ya..” rengeknya lagi saat keluar dari mobilku.
“OK so pasti deh.. Bye”
Sebenarnya aku tidak ada janji dengan siapa-siapa lagi malam itu. Hanya saja aku segan memakai Siska setelah dia disetubuhi Pak Harry tadi. Setidak-tidaknya dia harus bersih-bersih dulu.. He.. He..Mungkin besok pagi saja aku akan pesta seks dan menikmatinya kembali, karena Pak Fajar toh masih beberapa hari lagi di luar negeri.
0 comments:
Post a Comment