SELAMAT DATANG DI SABUNKERING MAINKAN INIPOKER DI LINK ALTERNATIF BANGMACAN.COM MINIMAL DEPOSIT 25.000 MINIMAL WITHDRAW 50.000 DAN DAPATKAN BONUS CASH BACK 0.3% DI BAGIKAN 2 KALI DALAM SEMINGGU

Tante Dewi Memuaskanku


Tante Dewi Memuaskanku - Suasana rumah Tante Dewi petang itu masih lengang. Hanya tampak satu sepeda motor milik Ferry dan sebuah mobil Kijang terbaru yang baru saja memasuki garasi. Ferry dan kakaknya, Devi, berlibur di rumah Tante Dewi untuk mengisi liburan kenaikan kelas. Tante Dewi sebagai wanita karier sering merasa kesepian karena ia belum bersuami. Ia sangat senang apabila ponakan-ponakannya berkunjung ke rumahnya, apalagi sampai menginap lama seperti yang dilakukan anak dari kakak pertama dan keduanya.

Devi baru saja pulang dari rumah Nina saat waktu menunjukkan pukul setengah delapan malam. Melihat suasana rumah sedang kosong ia segera masuk kamar. Matanya tampak sembab menandakan ia baru saja menangis. Meskipun jauh-jauh hari Devi sudah merasakan perubahan sikap Ari, namun tetap saja kaget dengan keputusan kekasihnya itu untuk tidak meneruskan hubungan mereka lagi. Apalagi di telepon tadi, Ari yang mengatakan bahwa mereka tidak cocok seperti dibuat-buat saja. Tapi Devi juga bukan gadis yang lemah. 

Baginya, tidak ada alasan baginya untuk menjadi gadis yang cengeng diusianya yang telah menginjak delapan belas. Pintu kamar Devi tiba-tiba saja terbuka. Kepala Ferry muncul dari balik pintu sambil tersenyum.

?Baru datang, Kak??, tanya Ferry sambil ngeloyor masuk meski kakaknya sedang berganti pakaian. Ferry berjalan acuh tak acuh.

?Iya..?, jawab Devi singkat. Pikirannya masih sumpek dengan kejadian tadi siang. Segera saja direbahkan badannya di kasur setelah mengganti baju perginya dengan daster tipis.

?Kok, lesu gitu.., Kenapa??, Ferry yang baru kelas dua SMP itu menghampiri Devi. Ia juga kemudian merebahkan badannya disamping kakaknya tersebut. Devi hanya diam saja seolah tidak mendengar pertanyaan adiknya. Matanya menerawang melihat langit-langit kamar. 

Ferry pun akhirnya memperhatikan sepupunya tersebut. Devi memang benar-benar cantik. Kadang-kadang ia merasa lebih senang kalau Devi bukan saudaranya. Mungkin karena seringkali ia tanpa sadar mengagumi tubuh Devi. Entah mengapa akhir-akhir ini minatnya terhadap wanita begitu meningkat. Ia bahkan suka sekali melihat-lihat pose wanita di majalah kosmopolitan milik kakaknya itu. Biasanya ia jadi terangsang dan onani di kamar mandi.

?Sret..?, Sepersekian detik posisi tangan Devi bergerak memangku kepalanya sendiri dan tanpa ia sadari belahan baju di dadanya menjadi terbuka. Melihat hal demikian Ferry jadi sedikit canggung. Ia kebingungan sekaligus menyukai pemandangan itu. Ferry agak berdebar-debar ketika ia semakin jelas melihat lekuk buah dada kakaknya yang tampak ranum dan indah. Apalagi tampak tonjolan puting di balik daster tipis itu. Batang kon**lnya terasa sedikit mengeras.

Karena dorongan hasratnya, Ferry memberanikan diri perlahan-lahan mendekati tubuh Devi. Ia merangkul pinggang kakaknya tersebut. Merasakan sentuhan di tubuhnya, membuat rasa sedih Devi semakin mendalam. Air matanya mulai keluar dan ia segera membalikkan badan membelakangi adiknya. Ia tidak mau menangis di hadapan Ferry. Posisi demikian membuat Ferry bisa merangkul Devi dengan leluasa dari belakang.

?Kamu cantik deh.., malam ini..?, ucap Ferry tanpa sadar. Devi pun hanya diam saja. Yang ia butuhkan saat ini hanyalah ada orang yang menyayanginya.

Ferry kemudian melingkarkan tangannya ke pinggang DeviDevi. Gadis yang merasa sedang bersedih itu sedikit bergerak lebih mendekatkan badannya ke dalam pelukan Ferry. Ia ingin ada orang yang menghiburnya disaat-saat seperti ini. Respon Devi ini membuat Ferry berani menggerakan tangannya dengan lembut untuk menyentuh bagian bawah buah dada sepupunya. Devi hanya memejamkan mata saja. Posisi tubuh yang berhimpitan itu membuat pikiran Ferry semakin tidak menentu. Apalagi batang kon**lnya yang berhimpitan dengan pantat Devi. Perlahan ia mulai meremas dengan halus buah dada sepupunya tersebut.

Devi pun dalam keadaan sedang sedih menjadi merasa sangat tenang karena adiknya seperti mengerti kesedihannya. Ia tahan terhadap seorang sepupu. Ia juga membiarkan telapak tangan Ferry membelai-belai buah dadanya yang memang tidak memakai beha. Belaian Ferry pada bagian tubuhnya yang sensitif tersebut membuat jantung Devi sedikit berdebar-debar. Tapi ia segera menganggap wajar sentuhan kasih sayang sepupunya tersebut.

Ferry pun mulai berani menciumi bagian tengkuk leher Devi sambil memasukkan tangannya ke dalam daster Devi. Perasaan Devi menjadi sedikit tidak karuan. Ia mulai menyadari bahwa sentuhan sepupunya bukan lagi sentuhan kasih sayang, tapi di satu sisi ia amat menikmati sentuhan itu. Terutama remasan telapak tangan Ferry terhadap puting susunya. Perasaan sedih yang sedang ia alami seperti berganti dengan keinginan untuk terus dibelai. Ia ingin menghentikan Ferry, namun sentuhan itu membangkitkan perasaan lain dalam kesedihannya. Sentuhan-sentuhan halus itu membuat bulu tengkuknya berdiri. Buah dadanya pun menjadi agak mengeras oleh karena sentuhan dan remasan lembut tangan Ferry.

?Fer, mmh.., udah ah.., aku kegelian?, akhirnya Devi berusaha menyudahi aktivitas itu.

?Ah, aku kan sayang sama kamu?, sahut Ferry sambil sedikit ngos-ngosan. Ia masih saja merabai tubuh sepupunya.

?Engh, badanku jadi lemas semua nih?, tanpa sadar Devi berucap sambil setengah merengek. Kemaluannya bagian bawah pun mulai terasa hangat dan lembab.

Ferry tidak menghiraukan perkataan sepupunya tersebut, ia masih terus meremas-remas payudara Devi. Malah ia mulai memasukkan satu tangannya ke dalam celana dalam sepupunya. Bulu-bulu halus di memek Devi pun terasa di telapak tangan Ferry. Iapun menyentuh bibir memek sepupunya itu. Devi menggelinjang. Nafasnya mulai tidak terkontrol. Kesadarannya pun mulai hilang. Sekilas ia hanya menyadari bahwa ia sedang dicumbui oleh sepupunya sendiri. Memeknya sudah mulai berdenyut-denyut.

Ferry secara lembut namun penuh nafsu mulai merebahkan tubuh Devi. kon**lnya seperti ingin membutuhkan sesuatu. Ditindihnya tubuh sepupunya dengan birahi yang mulai tidak terkontrol. Segera saja ia buka kancing daster sepupunya. Tampak dengan jelas kedua belah buah dada sepupunya yang indah itu dengan putingnya yang telah berdiri tegak. Ia langsung mengulumi puting buah dada sepupunya tersebut.

?Fer.., ngmhhnghh.., udah dong.., sshh?, ucap Devi ketika sekilas kesadarannya datang. Namun Ferry sudak asyik dengan aktivitas birahinya. Lidahnya mempermainkan puting susu sepupunya dengan penuh perasaan. Mata Devi terpejam dan tangannya membelai kepala Ferry, merasakan kenikmatan jilatan-jilatannya.

Ferry akhirnya mulai tak sabar, ditariknya turun celana dalam sepupunya tersebut. Devi sudah benat-benar dikuasai nafsu. Ia tidak sadar ketika celana dalamnya terlepas. Ferry pun segera memelorotkan celana pendeknya sendiri sampai batang kon**lnya terlihat tegak. Dikangkangkannya kedua kaki Devi dengan perlahan. kon**lnya segera ia arahkan ke dalam pangkal paha Devi. ?Sleep!?, Setengah 
detik kemudian kon**l Ferry mulai memasuki liang memek Devi. Terasa hangat dan empuk. Sesaat Devi seperti tersadar apa yang sedang terjadi, namun kesadarannya langsung hilang ketika Ferry mulai menggerakan pinggangnya naik turun.

Napas Ferry semakin ngos-ngosan tatkala tubuhnya mulai bergerak menindih tubuh sepupunya yang mulus itu. Buah dada Devi bergoyang-goyang karena gerakan sodokan Ferry terhadap tubuhnya. Semuanya seperti tidak dapat dihentikan begitu saja. Kesadaran 

Devi pun telah musnah berganti kebutuhan untuk dicumbui. Ia akhirnya juga merespon gerakkan yang dilakukan sepupunya tersebut. Memek Devi berdenyut-denyut ketika kon**l sepupunya terus bergerak dalam liang memeknya. Pinggangnya bergerak berputar-putar dan sambil merintih penuh rasa nikmat.

?Fer.., nghh enghhnak.., enghh terusshhsshh?, rintih Devi dalam kenikmatan.

Desahan Devi membuat nafsu Ferry semakin menjadi-jadi. Ia sama sekali tidak menyadari bahwa gadis yang sedang ia entot adalah kakak sepupunya sendiri. Konsentrasi Ferry hanyalah pada gerakan tubuhnya yang maju mundur. Batang kon**lnya seperti dipijit-pijit di dalam lubang memek Devi. Ia semakin mempercepat gerakannya karena terasa sesuatu yang mendesak batang kon**lnya.

?Engghh.., yang.., engghh lebihhss kerassh..sshh?, Devi mendesah merasa saat itu dirinya telah membubung tinggi. Ferry semakin mempercepat gerakannya. Bunyi kecepak-kecepuk menjadi semakin berirama. Ferry merasa kon**lnya seperti akan meledak. 

Gerakannya kini telah menjadi hentakan-hentakan. Devi masih terus memeluk erat tubuh sepupunya sambil matanya terus terpejam.

?Esshh.., Ahh.., ahh..ampirr.., ashh?, Devi mendesah-desah. Ia merasa tubuhnya sudah hampir mencapai puncak. Gerakan tubuh keduanya menjadi sangat cepat. Tiba-tiba Ferry menghentakkan badannya dengan keras dan lama ke dalam tubuh sepupunya. Kedua tubuh itu tampak bergetar. Tangan Devi pun memeluk tubuh Ferry tak kalah eratnya. Keduanya telah sampai dipuncak kenikmatan.

Adegan kedua sepupu itu tanpa disadari sebenarnya dilihat oleh Tante Dewi dari balik pintu. Tante Dewi benar-benar bingung dengan apa yang dilihatnya. Ia sebenarnya ingin segera memasuki kamar itu namun ia segera menyadari bahwa hal itu dapat memperburuk keadaan. Beberapa saat kemudian Tante Dewi melihat keduanya tampak tertidur. Kedua ponakannya itu terkulai lemas dalam keadaan telanjang. Dengan perlahan ia memasuki kamar itu dan mendekati ranjang tempat dua ponakannya tertidur lelap.Ia mulai menatap wajah kedua ponakannya dengan rasa galau. Mungkin karena aku terlalu sibuk sehingga hal ini sampai terjadi ucapnya dalam hati. Dengan perlahan ia mulai menaiki kasur dan mendekatkan badannya pada tubuh Devi. 

Dipeluknya gadis ponakannya itu dengan penuh rasa kasih sayang. Melihat tubuh gadisnya yang sintal dengan buah dada yang ranum membuatnya tersadar bahwa Devi memang mungkin sudah saatnya dewasa. Benar-benar kesalahanku, keluhnya.

Ferry yang merasa ada orang datang mulai terbangun. Kelopak matanya terbuka perlahan dan tampak tantenya memakai daster biru membelakanginya. Lekuk tubuh tantenya tampak indah dalam keremangan kamar. Dalam keadaan setengah sadar, ia masih merasakan kenikmatan yang baru saja dilaluinya bersama Devi. Tak terasa beberapa saat kemaluannya menegang kembali.

Kebutuhan yang mulai mendesak itu membuat Ferry mulai salah tingkah. Tiba-tiba saja ia ingin menyentuh tubuh tantenya yang berada di hadapannya. Apalagi lekuk tubuh tantenya terlihat sangat indah. Namun ia sangat takut apabila tantenya marah. Maka iapun berpura-pura tidur dan memejamkan mata. Dalam keadaan yang mulai birahi kembali Ferry memutar otaknya agar dorongannya tersebut terpuaskan. Maka dengan pura-pura dalam keadaan tidur Ferry menggerakan badannya untuk dapat memeluk tubuh tantenya.

Tante Dewi yang merasa tubuh Ferry bergerak segara membalikkan badan dan memeluk tubuh Ferry. Buah dadanya yang hanya dibalut daster biru terasa menyentuh bagian muka Ferry. Tante Dewi pun mulai membelai kepala Ferry dengan penuh kelembutan. Diperhatikan ponakan laki-lakinya dari atas kepala dan turun ke bawah. Pasti banyak yang naksir, ucap tante Dewi dalam hati melihat kepolosan wajah ponakannya itu.

Tiba-tiba wajah Tante Dewi memerah. Tak sengaja matanya menyapu kon**l Ferry yang agak menegang. Ia berusaha menenangkan diri bahwa yang dihadapannya adalah keponakannya sendiri. Namun jantungnya semakin berdebar-debar. Apalagi diusia yang telah memasuki usia tiga puluh tahun ini ia belum pernah disentuh laki-laki. Kebutuhan seksualnya selama ini ia alihkan dengan menyibukkan diri pada pekerjaan. Sebagai wanita matang, selama ini ia belum pernah melihat tubuh laki-laki dewasa dalam keadaan telanjang. Tubuh Ferry pun juga mulai mekar di usia enam belas tahun itu. Tiba-tiba kepala tante DewiDewi terasa agak berkunang-kunang.


Tanpa sadar tangan Tante Dewi mulai bergerak mendekati batang kon**l Ferry. Dengan perlahan-lahan agar Ferry tidak terbangun, Tante Dewi mulai menyentuh batang kon**l Ferry. Terasa hangat dan agak keras. Dibelai-belai batang kon**l itu dengan penuh kelembutan. Ia membayangkan andai saja batang kon**l itu mendesak-desak di lubang memeknya. Matanya mulai terpejam. Tanpa sadar tangannya yang sebelah meremas buah dadanya sendiri. Terasa ada cairan hangat mengalir di dalam kemaluannya. Mau tidak mau Tante Dewi mengakui bahwa ia mulai terangsang setelah menyentuh batang kon**l Ponakannya.

Tiba-tiba saja tangan Ferry bergerak. Rasa kaget itu membuat Tante Dewi menghentikan sentuhannya. Ia memejamkan mata sambil berbaring dalam keadaan memeluk ponakannya. Harapannya adalah Ferry menganggapnya tidur.

Merasakan apa yang baru saja dilakukan tantenya terhadap kon**lnya, Ferry menjadi berani. Dibukanya ritsluiting atas daster tantenya. Tampak di depan matanya buah dada yang lebih besar dari kepunyaan Devi. Tampak pula tonjolan mungil puting Tante Dewi yang berwarna merah kecoklat-coklatan. Ferry sudah tidak sabar. Ia langsung mengulum puting susu tantenya yang sudah mulai menegang itu. Buah dada tantenya pun mulai terasa mengeras.

Tante Dewi kebingungan dengan apa yang dilakukan ponakannya itu. Sekilas hampir saja ia beranjak bangun. Seharusnya ia menegur yang dilakukan ponakannya itu. Tapi jangan-jangan ia tahu apa yang tadi kulakukan, pikir Tante Dewi. Ia menjadi takut sendiri kalau hal itu benar-benar terjadi. Pasti bisa memalukan dirinya jika ponakannya melapor pada mamanya.

Akhirnya dengan pasrah, Tante Dewi tetap berpura-pura tidur. Apalagi sentuhan lidah Ferry pada putingnya membawa kenikmatan yang luas biasa. Bahkan ia mulai menikmati sepenuhnya ketika kuluman Ferry disertai gigitan kecil. Tante Dewi pun mengigit bibir karena cumbuan ponakannya.

?Ssshh..?, tanpa sadar Tante Dewi mendesah penuh kenikmatan saat Ferry mengulum puting buah dadanya. Ia pun memegangi kepala ponakannya dengan penuh kelembutan seperti tidak boleh membiarkan aktivitas itu berhenti. Kesadarannya mulai kabur dan seluruh sendi tubuhnya menjadi sangat lemas.

Ferry tahu bahwa tantenya berpura-pura tidur. Ia juga tahu kalau tantenya benar-benar menikmati semua yang dia lakukan pada tubuh tantenya itu. Hal ini semakin membangkitkan keberaniannya. Ia segera membuka daster Tante Dewi sambil terus mengulum puting serta meremas-remas tubuh Tante Dewi. Dijilatinya seluruh tubuh tantenya.

?Enghh.., ahhng.., ahh.., nggssh?, Tante Dewi mendesah tanpa mampu menahan apa yang dilakukan ponakannya tersebut. Tubuhnya seperti tidak mau berhenti dijilati. Saat ini dia hanya ingin terus disentuh dengan penuh kemesraan.

Napas Ferry mulai ngos-ngosan. Kebutuhannya untuk memuaskan dorongan kebutuhannya membuat ia segera membuka celana dalam Tante Dewi. Pemandangan bulu-bulu halus di sekitar kemaluan tantenya membuat Ferry semakin bernafsu. Diarahkan batang kon**lnya 

ke dalam selangkangan tante Dewi.
?Sleep!?, Batang kon**lnya pun telah masuk ke dalam lubang memek tantenya. Tante Dewi merasakan tubuhnya dimasuki sesuatu yang terasa luar biasa enaknya. Matanya terpejam sangat dalam. Tubuhnya mulai merespon gerakan naik turun Ferry. Nafasnya tidak teratur dipenuhi dengan dorongan nafsu yang mulai tinggi.

?Aahh.., esshh.., ahh?, Tante Dewi mulai mengerang kenikmatan. Ia pun memegangi pantat Ferry untuk membantu gerakan naik turun. 

Mendengar suara desahan-desahan Devi pun terbangun. Ia sedikit terhenyak melihat tubuh tantenya dalam keadaan telanjang ditindih oleh Ferry. Dilihatnya Ferry dengan penuh nafsu menyetubuhi Tante Dewi. Devi pun agak bingung bahwa Tantenya itu justru merepon dengan desahan-desahan. Tangan Ferry memegangi paha Tante Dewi dan pinggangnya terus bergerak di sela-sela selangkangan tantenya itu. Melihat adegan sepupu serta desahan tantenya dalam ruangan yang remang-remang ini membuat Devi mulai terangsang.

Tanpa sadar Devi mendekati wajah tantenya itu. Diciumnya bibir Tante Dewi. Tante Dewi pun dalam keadaan yang sudah di awang-awang segera merespon ciuman itu dengan lumatan yang penuh birahi. Ferry sudah asyik dengan aktivitas maju-mundur untuk meningkatkan kenikmatannya.

?Eng.., ssh.., nikmat.., Fer?, desah Tante Dewi sambil disela-sela ciumannya dengan Devi. kon**l Ferry terasa semakin tersedot-sedot. 

Suara kecepak kecepok menjadi semakin keras dan berirama sering dengan gerakan kon**l Ferry memasuki liang memek Tante Dewi. Devi semakin larut dengan permainan tante dan sepupunya itu. memeknya pun telah menjadi basah karena terangsang melihat adegan sepupu dan tantenya itu. Kepala Devi kemudian bergerak turun. Bibirnya mengulum puting dan tangannya meremas-remas buah dada tantenya.

?Enghss.., enghh.., terusshhin.., engshh?, Tante Dewi semakin merasa terbang di awang-awang. Gerakan Ferry membuat memeknya terasa sangat nikmat. Jilatan lidah Devi pada putingnya semakin membuat nafsunya menjadi-jadi. Nafasnya menjadi semakin tidak teratur. Cumbuan kedua ponakannya memenuhi kebutuhan seksualnya yang sudah tertahan belasan tahun. Tubuhnya pun ikut 
maju-mundur seiring dengan gerakan Ferry. Ia pun semakin mempererat pelukannya pada Ferry. Gerakan maju-mundur Ferry diimbangi dengan gerakan bergoyang-goyang oleh Tante Dewi. Aktivitas ini membuat ia merasa ada sesuatu yang mendesak. Tante Dewi semakin mempercepat goyangannya. Ia memeluk Ferry sangat erat sambil terus mengoyangkan pinggulnya dengan cepat. Tiba-tiba tubuh Tante Dewi menegang dan memeknya berdenyut-denyut seperti meledakkan sesuatu. Ia merasa tubuhnya hancur berkeping-keping dalam kenikmatan.


?Fer.., ganti aku aja.., Tante udah lemas tuh?, ucap Devi tanpa malu-malu. Ia segera mengangkangkan kakinya. Nafsunya sudah memuncak dan harus dipenuhi. Seluruh bagian tubuhnya seperti menuntut untuk dicumbui. Ferry pun menarik kon**l dari kemaluan tantenya yang telah terkulai itu. Diarahkannya batang kon**lnya itu ke arah lubang memek Devi yang telah mengangkang itu. ?Sleep!?, kon**lnya langsung terasa tersedot-sedot. Ditindihnya tubuh sepupunya itu.

Mereka sudah dikuasai oleh birahi yang tak tertahankan. Kebutuhan itu saling memuaskan membuat tidak ada lagi kecanggungan diantara mereka. Ferry menciumi buah dada Devi sambil pinggang melakukan gerakan naik turun. Devi melingkarkan tangannya pada punggung Ferry.

?Enghh terusshh.., Fer.., masukin terus.., enggsshh?, desah Devi sambil matanya masih terus terpejam. Dengan perlahan Ferry menarik tubuh Devi agar duduk di atas pinggang Ferry. Posisi ini semakin membuat kon**l Ferry lebih bisa masuk lebih dalam lagi. Tangan Ferry memegangi pantat sepupunya itu. Devi juga merasa memeknya terisi lebih penuh oleh batang kon**l Ferry.

Ferry semakin merasa kon**lnya disedot-sedot oleh kemaluan sepupunya. Devi yang berada di atas tubuh Ferry mulai menggerakkan badannya. Keduanya telah larut dalam gerakan berirama. Ferry semakin memperdalam gerakannya pada selangkangan sepupunya. Devi pun mencontoh gerakan tantenya dengan menggoyang-goyang pinggangnya.

?Enghh.., terus.., Fer.., Enghh enaahkk?, mata Devi terpejam dan bibirnya mendesah. Ferry terus menggerakan pinggangnya semakin cepat. Goyangan Devi pun menjadi samakin cepat pula. Kedua tubuh itu telah menyatu dalam kebutuhan yang tak tertahankan. Memeknya terasa semakin berdenyut-denyut oleh sodokan-sodokan kon**l sepupunya itu.

?Lebihh kerashh.., enghh lagi?, Devi merasakan tubuhnya akan meledak. Gerakan keduanya menjadi semakin cepat dan keras. Tiba-tiba saja tubuh keduanya menegang secara bersamaan tanda mereka mencapai puncak kenimatan bersamaan. Beberapa saat kemudian ketiganya sudah tertidur pulas dalam keadaan telanjang.

Peristiwa semalam tampaknya dianggap seperti tidak pernah ada oleh Tante Dewi. Saat makan pagi, tante Dewi tampak berusaha bersikap santai.

?Fer, kamu mau kemana hari ini?, tanya Tante Dewi sambil mengoleskan mentega pada roti tawarnya. Ia sudah mengenakan busana kerja. Blus krem dan rok span abu-abu.

?Mungkin ke toko buku, ada novel Shedney Shieldon yang baru?, ucap Ferry sambil berpura-pura membaca koran. Ia masih sungkan dengan Tante Dewi mengingat apa yang dilakukannya semalam. Ia takut kalau sampai Tante Dewi lapor ke mamanya. Bisa-bisa aku dibunuh oleh Papa, pikirnya.

?Kalau gitu ini buat beli novelnya?, ucap Tante Dewi sambil menyodorkan dua lembar uang lima puluh ribuan. Ferry pun mendongakan kepalanya sambil terheran-heran. Dilihatnya Tante Dewi mengangguk. Tanda ia harus menerima uang itu.


?Makasih ya, Tante?, ucap Ferry sambil menyorongkan badannya memeluk Tante Dewi, Merekapun berangkulan erat.

Tiba-tiba Tante Dewi berbisik?, Yang tadi malem jangan kasih tau siapa-siapa ya, Fer?.

?Iya, Tante?. Kemaluan Ferry terasa mengeras.

?Terus kalau Ferry takut tidur sendirian, tidur di kamar Tante aja ya?, ucap Tante Dewi dengan nada datar. Ia tidak mau Ferry menangkap keinginannya. Namun bagi Ferry kata-kata itu seperti undangan yang sangat jelas maksudnya.

Ferry pun sedikit melonggarkan pelukannya dan melihat wajah Tante Dewi tampak agak memerah. Hasrat untuk melakukan aktivitas seperti semalam menggelegak dalam dirinya. Tanpa sadar diciumnya bibir Tante Dewi. Pertama lembut namun kemudian semakin ganas. 

Kebutuhannya mulai tak tertahankan. Tante Dewi sempat gelagapan dengan apa yang dilakukan oleh Ferry. Ia tidak mengira Ferry sudah berani terang-terangan. Namun sekian detik kemudian ia mulai membalas ciuman itu. Mereka saling melumat lidah dan menghisap. Ia bahkan membiarkan tangan Ferry membuka kancing blusnya. Tangan Ferry segera menyisihkan BH dan meremasi buah dadanya. Semakin lama buah dada itu terasa mengeras.

?Sudah, Fer. Tante mau ke kantor?, ucap Tante Dewi sambil berpura-pura tidak mau. Namun tampaknya Ferry tidak peduli. Ia mulai menciumi leher tante Dewi dengan lembut. Tangannya yang satu bahkan mulai mengangkat span abu-abu itu hingga celana dalam tante 

Dewi terlihat. Tangan Ferry pun mulai menggerayangi sesuatu yang ada di balik celana dalam itu.

?Ash.., neghh, udah, Fer?, desah Tante Dewi. Ia tidak ingin terlambat. Tender proyek dua M itu bisa hilang, pikir tante Dewi. Namun apa yang dilakukan ponakannya ini benar-benar terasa nikmat. Akhirnya ia membalikkan badan dan segera menurunkan celana dalamnya.

?Udah, Fer dari belakang aja?, ucap Tante Dewi sunguh-sungguh. Feri, teman kantornya, pernah mengatakan kalau pria bersetubuh lewat belakang akan cepat ejakulasi. Paling tidak ia masih sempat merasakan persetubuhan dan tidak terlambat ke kantor. Kesempatan itu tidak disia-siakan Ferry. Dipelorotkannya celana pendeknya. Batang kon**lnya tampak sudah sangat tegang. Perlahan diarahkannya kon**lnya ke memek Tante Dewi. ?Slepp!?, kon**l Ferry mulai memasuki lubang memek Tante Dewi. Lututnya seperti hampir copot ketika kon**l itu masuk ke dalam lubang memek Tante Dewi. Tante Dewi juga segera merasa lemas. Ia pun segera menahan badannya pada sandaran sofa. Posisinya seperti orang yang akan naik kuda.

?Eenghh.., nikmat, terusshh?, desah Tante Dewi sambil memejamkan mata. Ferry memegangi pinggang tantenya dan terus menyodok-nyodokan kon**lnya ke memek Tante Betty. kon**lnya terasa seperti dipijat-pijat dan disedot-sedot. Ia kemudian ikut membungkukkan badan agar tangannya dapat meremas buah dada Tante Betty yang ranum menggantung.

Gerakan mereka makin lama makin cepat. Tante Betty sudah tertelungkup di sandaran sofa dan Ferry menyetubuhinya dari belakangnya. Kenikmatan itu semakin membuat ia lupa urusan kantornya.
?Terusshh, Fer.., enakk?, desah Tante Betty.

Beberapa saat kemudian Ferry mempercepat gerakannya. Ia memeluk erat tubuh Tante Betty namun pinggangya masih melakukan gerakan maju-mundur. Tiba-tiba tubuhnya mengejang sambil kon**lnya disorongkan secara mendalam ke lubang memek Tante Betty. Ia telah sampai di pucak kenikmatan. ?Cret.., cret.., cret?, sperma Ferry membasahi lubang memek Tante Betty. Ia kemudian menarik kon**lnya dan segera menjatuhkan badannya ke sofa.

Tante Betty segera menaikkan celana dalamnya dan merapikan blus serta rok mininya. Dilihatnya ponakannya memandang dengan mesra. Tampaknya kecanggungan diantara mereka sudah luntur dan berganti hubungan dua lawan jenis yang saling membutuhkan. 

Tante Betty pun mau tidak mau mulai mengakui bahwa ia tidak lagi melihat Ferry sebagai ponakannya namun tak lain sebagai pria yang mampu memberikan kepuasan seksualnya.

?Udah, ya Tante ke kantor dulu?, ucap Tante Betty sambil mendekati Ferry. Mereka berciuman dengan mesra seperti seorang kekasih. 

Setelah melihat jam di dinding, Tante Betty segera beranjak ke garasi. Ia sudah terlambat sepuluh menit. Tak lama kemudian deru suara mobil pun berbunyi dan semakin lama semakin menghilang. Ferry pun segera memakai celananya dan tertidur di sofa.

0 comments:

Post a Comment